FTA Asean - China. Siapkah Kita?

Saturday, January 23, 2010

Serbuan produk-produk buatan China (baca: Tiongkok) ke pasar dunia semakin tak terkendali saja. Barang buatan China tersebut kini dapat dengan mudah kita jumpai di setiap sudut pasar. Baik pasar tradisional maupun pasar modern semisal mart, mall ataupun swalayan. Tak hanya produk berteknologi rendah semisal textil, sepatu, perlengkapan rumah tangga dan mainan anak-anak, namun juga produk berteknologi tinggi semisal televisi, komputer dan handset. Bahkan smartphone sekelas Blackberry kini dapat kita miliki dengan mudah dan dengan harga murah.

Sejak 90-an produk buatan China memang membanjiri pasar di hampir seluruh dunia. Produk China dengan harga murah telah memicu turunnya harga produk konsumen di pasar global. Hal ini yang membuat para industrialis dunia resah. Terlebih sejak November 2009, China telah menjelma menjadi salah satu exportir terbesar dunia menggusur posisi Jerman dan Amerika Serikat. Padahal diatas kertas, peringkat daya saing produk buatan China jauh dibawah kedua negara adidaya tersebut termasuk Jepang.

Di Indonesia sendiri, sebelum diberlakukannya liberalisasi pasar pada awal tahun ini, serbuan produk-produk buatan China telah berdampak nyata bagi perusahaan kecil dan menengah. Berdasarkan hasil survey Pusat Studi Asia Pasifik UGM pada 2007 di Surakarta, menemukan beberapa perusahaan telah menutup usahanya, paling tidak mengurangi volume produksi, sebagai akibat kalah bersaing. Rencana pemerintah menekan angka pengangguran, menjadi absurd.

Penolakan dari berbagai kalangan (termasuk saya..hee..), baik dari kalangan mahasiswa (intelektual), serikat buruh (pekerja) dan pengusaha (pelaku ekonomi)dan LSM (masyarakat), pada akhirnya dapat dimengerti. Terlebih China baru saja kehilangan banyak pasarnya di Eropa dan Amerika Serikat, sebagai dampak krisis global beberapa waktu yang lalu. Tentu saja mereka akan lebih konsentrasi mengalihkan produknya ke kawasan Asean umumnya dan negara-negara berkembang khususnya, termasuk Indonesia.

Menggalakan kembali slogan 'Aku Cinta Produksi Indonesia' tidaklah cukup jika tidak dibarengi dengan pembenahan infrastruktur, perdagangan yang adil, kebijakan yang pro-usaha kecil/menengah serta yang lebih utama adalah meningkatkan mutu produksi dalam negeri.

Yang kemudian menjadi pertanyaan kita adalah: Siapkah kita?

Artikel Terkait



0 komentar:

Post a Comment

 
 
 

Link Exchange Code

Powered by FeedBurner

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Photobucket
CopyPaste script
dibawah ini ke blog
sobat. Saya akan
LinkBack kembali.

 
Copyright © Jalan Setapak